Kabar baik bagi para produsen kopi. Gaya hidup milenial tak hanya melahirkan start up yang mampu mengekspor kopi asal Jatim ke Amerika, tapi juga kian menjamurnya kafe dan kedai kopi di berbagai kota. Dan itu membuat serapan mereka terhadap kopi pun kian meningkat. Menurut Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) pertumbuhan usaha kedai kopi tahun 2020 diperkirakan mencapai 25%-30%. Bertambah 5% dari tahun sebelumnya yang "hanya" 15% hingga 20%.
Sayang, SCAI tak menyebut berapa persisnya volume serapan cafe dan kedai kopi lokal itu. Hanya, menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono, serapan kopi dalam negeri mencapai 300 ribu - 350 ribu dari total produksi kopi nasional.
"Total serapan kopi dalam negeri yang diprediksi mencapai 300.000 sampai dengan 350.000 ton, dari total produksi nasional 760 ribu ton. Ditjenbun mempunyai program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (GRASIDA), kita akan mendukung program tiga kali ekspor (Gratieks)," ujar Kasdi Subagyono.
Sementara itu, beberapa waktu silam, sebuah perusahaan riset menyebutkan bahwa 60% pasar kopi nasional dikuasai Kapal Api Group. Dan itu, menurut pihak Kapal Api, menyangkut volume kopi sebesar 60 ribu ton per tahun. Mengacu kepada data ini, 100 tibu ton kopi kita diserap industri kopi dalam negeri. Khususnya berupa kopi bubuk kemasan.
Kalaulah, serapan industri kopi itu mengalami kenaikan 5%-10% dibandingkan angka tersebut, maka kini mereka menyerap 105 ribu - 110 ribu ton produk kopi nasional.
Sumber: sindonews dan lainnya.
No comments:
Post a Comment